Rabu, 23 Juni 2010

CIN(T)A : curhatan Cina TUHAN Anissa




Udah berbulan-bulan yang lalu ketika adiku menelpon dan diantara obrolan-obralan sok penting dua orang sodara itu, terselip sebuah informasi.”A ada film baru judulnya Cinta”..waah denger judulnya aja spontan kebayang film lokal yang sok romantis dan lebay abis…(baru bayangan aja ko’..), tp adiku nambahin “posternya keren A’, trailernya jg mantap lah..”..sedikit terhasut ucapan adiku itu, kubalik bertanya “emang siapa pemaennya..trus sutradaranya ..??”…adiku menjawab “ga tau A’..da gak terkenal”..malah jadi penasaran, kutanya lagi “Tau dari mana de”..segera dia ngasih tau sumbernya…segera dah saya meluncur ke TKP.. apa yg udah di certain adiku emang bener..
Posternya keren, trailernya jg bikin aku terangsang untuk segera ngebuktiin film nya kaya apa.. Tapi sebenernya yg paling bikin penasaran itu ya tema nya itu.. Dua agama yang disatukan oleh cinta atau Cinta yang tidak bisa bersatu karena perbedaan keyakinan.Tema yang sangat sensitif dan sangat riskan kontroversi. Dalam Ramalan saya film ini pasti akan jadi sasaran kritikan para tokoh agama..., itu baru ramalan, tebak-tebakan aja..
Ga tau jadinya akan seperti apa film ini, tapi rasa penasaran semakin menghinggapi diriku..


Berbulan-bulan setelah pertama kali tahu ada film yang judulnya cin(t)a itu, saya gak pernah denger lagi beritanya dan kapan wide release nya juga bakal seheboh apa kontroversi nya, kenyataannya.. nyaris tanpa kontroversi dan tidak ada berita infotainment yang heboh ngeliput para ulama yang membanned film ini, emang gak ada. Yang saya denger malah berita-berita positif yang memuji film ini sebagai film berani tetapi aman...Ku harus menyaksikan nya..!! itulah niatku..tidak tercapai niat menonton di layar lebar, terpaksa harus nunggu DVD atau VCD nya rilis.

Saat yang ditunggu itu tiba, VCD nya. Udah ada ditangan, segera akan kusaksikan film yang katanya punya dialog cerdas itu, tp sayang sekali sodara-sodara. Kerjaan numpuk dan akhirnya menonton cin(t)a pun tertunda. Dalam rasa kecewa gak bisa buru-buru nonton cin(t)a. Kawan satu kerjaan yang kerjaan nya lagi sepi dan kebetulan punya kisah yang sangat mirip dengan film cin(t)a menuntut dan merebut cin(t)a ku untuk dia tonton duluan. Saya pikir, waah film itu cocok bgt dia saksikan.., siapa tau ada sesuatu yang dia dapat setelah nonton film itu, dan bisa berpengaruh besar sama kisah cinta sebenarnya dia. Udah ah kebanyakan curhat nya nih...lalu film nya seperti apa..?



Ini film indie dan jangan harap akan bertabur aktor-aktris terkenal. Ini film indie jangan harap sutradaranya punya nama yang udah familiar di kuping. Ini film indie dengan tema yang berani. Ini film indie dengan taburan dialog paling lincah dan cerdas. Ini film Indie dengan kualitas jauh diatas film-film ngepop komersil-mesum yang lagi jadi virus mematikan bagi perfilman tanah air masa kini.
Ini film indie dan jangan harap akan bertabur bintang aktor-aktris terkenal
Jangan harap juga akan bertabur aktor-aktris baru yang belum terkenal, tidak ada ”taburan” karena hanya ada satu aktor-dan satu aktris saja yang main disini. Sepanjang film..sepanjang durasi dari awal sampai akhir, sebelumnya sih agak curiga film nya akan membosankan. Bayangkan sepanjang 1 setengah jam Cuma liat muka mereka berdua. Untung Cuma bayangan dan sifat suudzon ku saja terhadap aktor-aktrisnya. Rupanya waktu itu saya lupa kalo Before Sunrise dan Before Sunset pun melakukan hal itu dan hasilnya sama sekali ga ngebosenin. Kuncinya Chemistry, Saira Jihan dan Sunny Soon emang aktor-aktris debutan dengan kualitas akting gak sehebat Ethan hawke dan Julie Delpy, jauh atuh.... Tp Chemistry keduanya gak kalah sama dua bule tersebut. Kita akan sangat mengenal mereka berdua, seperti teman yang lagi curhat berada di depan kita dalam kamar kita, mereka berceloteh, bercerita, becanda, mengeluh, marah..kita merasa begitu dekat dengan mereka. Saat credit title bergulir di akhir barulah kita sadar..Cuma film dan mereka bukan nyata di depan kita.. Pengambilan gambar yang sering kali meng close up muka mereka berdua pun semakin mematangkan kita bahwa mereka memang teman kita, kita sampai hapal jerawat anisa di pipi sebelah mana, hehe..dan sadar kalo mukanya saira jihan satu cetakan sama nadia saphira...(ngasal)..hehe. dari tdi merhatiin anissa nya aja,..oooh my bro’ Cina.. Gw suka gaya lo, logat batak mu real y...sebelum saya kenal bnyak orang batak, dikira logatnya se tebel Rachel Maryam di Arisan yang bledag-bledug gt...hehe peace. Kamu berdua telah berhasil jadi kawan dekatku walau Cuma satu setengah jam..

Ini film indie jangan harap sutradaranya punya nama yang udah familiar di kuping. Siapa yang familiar di kuping ? Koya Pagayo a.k.a Nayato Fio Nuala, Upi, Rudi Sujarwo, Hanung, Nia Dinata...Rizal Mantovani bukan..bukan mereka. Pernah denger Sammaria Simanjuntak.? Baru denger saya mah.. Sebagai sutradara sekaligus penulis naskah nya Sammaria berhasil menciptakan sebuah kisah yang sebelumnya saya kira bakal serius dan berat menjadi terasa ringan. Intinya rangkaian scene di film ini walaupun terasa gak terlalu lancar mengalir tp nyaman dinikmati, kita gak terasa terbebani walapun jujur naskah nya emang bukan percakapan biasa-biasa saja. Dengan sempalan-sempalan adegan grayscale 2 orang pasangan berebeda agama berdurasi 1 -2 menit yang di letakan secara random di sepanjang kisah semakin membuat yakin kalo samaria memang punya misi yang tidak main2 dalam film nya ini, terlepas dari benar atau tidak kisah2 (seperti) nyata mereka, tp adegan-adegan khusus yang disebar acak di sepanjang durasi itu terlihat sangat real...dan menciptakan pertanyaan dalam pikiranku ”Apakah Samaria membuat film ini, dengan misi pembenaran pernikahan beda agama”..aaah udah mulai suudzon lagi. Oke lah ini film besar pertamanya walau masih dalam kemasan indie dan budget indie pula, tapi samaria punya potensi besar ke depannya untuk disejajarkan dengan sutradara indonesia berkualitas lainnya. Kesempatan untuk mengarahkan aktor-aktris yang lebih terkenal semoga saja gak lama lagi terwujud.

Ini film indie dengan tema yang berani
Sampai saat ini kisah cinta berbeda agama ”masih” dianggap hal yang salah.. terutama oleh Islam..dan bagi Islam akan tetap seperti itu. Ketika tema film ini di dengung kan, saya pikir film ini akan berpihak pada salah satu agama, dan ini akan menyebabkan pandangan penonton pun akan sangat sensitif variasi nya, dan ngeri akan terjadi hal yang lebih rawan karena film ini. Tidak seperti itu , walaupun ketika melihat potongan2 adegan yg dua orang diwawancara itu saya sempat ngerasa gak nyaman...., pertanyaan seperti.”Apakah film ini di buat oleh Orang Islam Liberal”..”Apakah film ini sebagai pembalasan atas sakit hati seseorang yang cintanya tak kesampaian karena perbedaan keyakinan” ”dan apakah film ini sebagai ajang pembenaran akan kasus pernikahan beda agama..? ”Tp pertanyaan-pertanyaan itu muncul Jika saya benar-benar berpegang pada Islam yang Kaffah (menyeluruh).. sejenak ku tinggal kan dan menyamar seolah-olah aku adalah orang netral...ku melihat bahwa film ini hanya sebagai media informasi dan pemberitahuan bahwa kisah cinta terlarang itu ada di sekitar kita dan penyikapan nya kembali pada masing-masing individu. Oke lah kalau begitu.. jadi merasa sedikit nyaman..dan bagaimana solusi di ending film...subjektif : melegakan.. dan bolehlah ayat terakhir Surat Al-Kafirun menjadi gambaran akan solusi akhir dari film ini...NO SARA.

Ini film indie dengan taburan dialog paling lincah dan cerdas.
Apa sih yang suka jadi obrolan kita sama pacar kita, selain rencana-rencana kemana malem mingguan, basa basi yang udah basi atau umum nya gombalan-gombalan lebay yang bagi sebagian orang masih mujarab membuat hati meleleh...Kita liat seperti apa obrolan Cina dan Anissa. Gak pernah kepikiran obrolan mereka akan begitu asik dan ”bergizi”...saling lempar opini, silat lidah, tanya-jawab, jawab-tanya, celotehan, sindiran begitu lincah dan menyenangkan untuk diikuti. Membuat kita tersenyum, berpikir, hingga memaksa mengingat-ngingat kembali sejarah hidup kita sendiri. Walaupun banyak juga beberapa dialog yang gak gitu ngerti karena masalah teknis mix-sound nya yg kurang bagus, ada kata-kata yang kedengerannya kurang begitu jelas. Selain itu penggunaan bahasa inggris yang lumayan banyak juga membuat ku kasihan pada penonton yang nilai raport bahasa inggris nya Cuma dapet 5 seperti saya.hehe.. Skrip yang ditulis Samaria emang top abis, jika dalam satu bioskop semua insan dari berbagai kalangan, profesi, agama dan strata ikut menonton film ini, pasti gak ada yang luput dari skedar sentilan atau mungkin tamparan dialog-dialog yang di tulis samaria melalui Cina dan Anissa. Yang terkena mungkin akan tersenyum sambil manggut-manggut.. Suapan-suapan dialog dalam film ini juga ternyata gak asal cerewet opini subjektif dari samaria saja... entah berapa banyak buku dan konsultasi yang dilakukan samaria agar filmnya ini tidak jadi objek serangan ’orang yang lebih tau di bidanganya”..misal nya ketika berbicara soal anissa yang tidak mau memberikan ucapan selamat natal kpd China..Jika Ulama atau minimal uStad yang biasanya begitu sensitif jika ada beberapa elemen yang kurang kena pada disiplin ilmu yang di pelajarinya akan angkat bicara dan lantang kalo film nya ini salah, seperti pada kasus Perempuan Berkalung Sorban. Samaria Jeli melihat ini dan hasilnya aman-aman saja. Salah satu tanda bahwa film berhasil adalah Film itu akan menjadi perbincangan setelah selesai menontonnya. Cin(t)a pun begitu, sangat banyak persoalan-persoalan yang menarik untuk diperbincangan akibat dialog cerdas nya itu. Tiba-tiba saja kita jadi rajin pergi ke perpus karena ada benerapa istilah atau topik yang belum begitu mengerti dalam cin(t)a tapi menarik sekali untuk kita gali...waaah saya juga harus mengulang kembali nonton film ini, karena mungkin saja ada hal yang baru yang kita yang tidak kita dapatkan pada tontonan perdana kita..

Ini film Indie dengan kualitas jauh diatas film-film ngepop komersil-mesum yang lagi jadi virus mematikan bagi perfilman tanah air masa kini.
Tentu saja, dulu saya sering mendengar bahwa Kualitas berbanding lurus dengan harga nya, sehingga saya beranggapan semakin mahal harga sebuah barang, kualitasnya pun semakin tinggi....karena cin(t)a ini, hukum itu saya anggap sudah kadaluarsa...
Cin(t)a bujetnya emang ”murah”, tp kualitasnya mampu melewati film-film yang berbujet lebih raksasa dari cin(t)a...

Score :8,5

2 komentar:

  1. Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.

    Oh ya, di sana anda bisa dengan bebas mendowload music, foto-foto, video dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    BalasHapus

DEPAN